tagline

Gaji Dan Rejeki

Suatu saat ada seseorang yang berkonsultasi kepada seorang ulama.

“Wahai ustadz, mengapa kehidupanku menderita? Mengapa keluargaku ditimpa banyak bencana dan musibah?”
Sang ustadz menatap sebentar orang ini, dan kemudian bertanya, “Kamu kerja dimana dan gajimu berapa?”
Orang ini pun bercerita bahwa dia bekerja di suatu instansi dan bergaji 5 dinar. 

 

Lalu sang ustadz berkata, “Kalo begitu, mulai besok, temui bosmu dan mintalah supaya gajimu dikurangi menjadi 4 dinar.”

“Lho Ustadz, gaji 5 dinar saja kurang untuk kebutuhan keluarga saya, kok malah dikurangi menjadi 4 dinar?” sanggahnya.

Sang ustadz berkata, ”Lakukan jika engkau yakin/percaya. Tapi jika engkau tidak yakin, ya jangan dilakukan.”

Maka orang ini berpikir beberapa hari. Setelah merasa mantap, dia menemui pimpinannya, dan berkata, ”Wahai pimpinanku, aku sudah konsultasi ke seorang ulama dan beliau memintaku untuk menurunkan gajiku dari 5 dinar menjadi 4 dinar. Maka mulai bulan depan, tolong potong gajiku menjadi 4 dinar.”

 

Pimpinannya heran, karyawan lain demo minta naik gaji, kok orang ini malah minta turun gaji. Tapi ya sudah, ini kan kemauan dia sendiri, pikir sang pimpinan.
Setelah dikurangi gajinya, sebulan kemudian kehidupan orang ini tak kunjung berubah. Dua bulan kemudian, belum juga ada yang berubah. Tiga bulan berlalu, masih sama. 

Maka dia pun datang kembali kepada Sang Ulama dan bertanya, “Wahai Ustadz, apa tidak salah resep yang anda berikan kepadaku? Sudah aku turunkan gajiku dari 5 dinar menjadi 4 dinar, tapi kehidupanku tak kunjung berubah.”

Maka Sang Ulama kembali melihat orang itu dan berkata, “Kamu kurangi lagi gajimu menjadi 3 dinar.”

“Aduh, sudah tinggal 4 dinar sekarang disuruh turunkan menjadi 3 dinar. Mana cukup ustadz untuk menghidupi keluarga saya.”

“Jika kamu percaya lakukan, jika tidak ya tidak usah.”

 

Lebih lama lagi orang ini berpikir, “Jangan-jangan ini hanya cara ustad untuk mengerjai saya”.
Tapi lama-lama dia sadar bahwa bukankah rezeki tidak hanya dari gaji, bisa dari arisan atau warisan, bisa dari undangan atau mungkin hutangan. Rezeki bisa jadi dari arah yang tidak disangka-sangka, bukan hanya dari gaji semata.

Maka dengan mantap dia temui pimpinannya kembali. Dia sampaikan kepada pimpinanya, “Bos, kurangi lagi gajiku, jadikan 3 dinar saja.”
Pimpinannya keheranan, tapi apa boleh buat. Maka dipotonglah gaji orang itu menjadi 3 dinar.

 

Sebulan kemudian keajaiban mulai terjadi. Bulan kedua semakin banyak keajaiban terjadi. Bulan ketiga semuanya berubah menjadi semakin luar biasa. Keluarganya membaik, ekonominya membaik, tidak ada lagi bencana ataupun musibah. Semuanya baik-baik saja, serba kecukupan. Walaupun gajinya tinggal 3 dinar, tapi rezekinya luar biasa.

 

Kemudian datanglah dia kepada sang ulama dan bertanya, “Wahai ustadz, apa rahasia dibalik ini semua? Ketika gajiku tinggal 3 dinar, kehidupanku berubah.”
Maka dengan tenang sang ulama menjawab, “Wahai bapak yang baik, wahai karyawan yang baik, wahai fulan yang baik. Berarti selama ini gajimu yang pantas hanya 3 dinar, tidak sampai 5 dinar, yang 2 dinar itu kelebihan. Betapa banyak orang yang bekerja dengan gaji 5 dinar, tapi kualitas kerjanya hanya 2 dinar atau 3 dinar. Akhirnya Allah membuat bnyk hal2 tidak baik dalam hidupmu untuk mengambil sesuatu yg mmg tdk layak diberikan untukmu".

 

Setelah membaca cerita ini, apa yang akan Anda lakukan, menemui bos Anda untuk menurunkan gaji Anda? Tentunya sulit bukan? Maka tidak ada cara lain, kecuali dengan meningkatkan kinerja. Misal sebut saja gaji Anda 5 juta, maka tingkatkan kualitas kerja Anda, sehingga kualitas kerja Anda melebihi 5 juta. Misal gaji Anda 3 juta, maka tingkatkan kualitas kerja Anda sehingga lebih dari 3 juta.

Jika Anda bekerja melebihi gaji Anda, maka kelebihan itu sedekah untuk Anda, “Setiap kebaikan itu sedekah.” Sedekah kepada siapa? Tentunya kepada Allah SWT dan pasti akan dibalas 700x lipat, minimal 10x lipat. “Allah tidak mungkin mengingkari janji-Nya.” Setiap kebaikan pasti berbalas kebaikan.

Mari kita lihat selama ini, apa yang terjadi pada diri kita dan pekerjaan/bisnis kita. Apa kita sudah memberi lebih untuk tambahan atau sedekah? Ataukah kita lebih suka mengurangi, sehingga rezeki kita tidak berkah.

Jadi mari kita lebih banyak berbicara tentang kewajiban kita, bukan lebih banyak menuntut hak kita. Beri, beri, beri dan pasti suatu saat Anda akan mendapatkan. Sekali lagi, ingat rezeki bukan hanya dari gaji, banyak jalan lain yang bisa mendatangkan rezeki dari arah yang sama sekali tidak kita duga. Mungkin rezeki itu diberikan dalam bentuk kesehatan, terhindarnya kita dan keluarga kita dari marabahaya, ataupun hal-hal lain yg akan mengurangi rezeki kita. 

Mari kita perbanyak kerja kita. Kita tingkatkan kualitas kerja kita melebihi gaji kita.

Selamat pagi dan Salam berkah

"Selesaikanlah terlebih dahulu kewajibanmu sebelum kamu meminta hakmu"

Yusuf Adi Pura
Direktur