Frank Koch adalah seorang wartawan di Naval Institute, yang merupakan sebuah majalah khusus angkatan laut dan kemaritiman. Bertugas untuk meliput latihan perang sudah jadi tugas Frank Koch sehari – hari.
Suatu ketika, ia ditugaskan untuk meliput kegiatan latihan perang angkatan laut yang dilakukan dengan menggunakan dua buah kapal. Dari dua kapal yang sedang melaksanakan latihan ini, Frank Koch ditempatkan di kapal utama. Cuaca saat latihan perang itu sangatlah buruk, sampai – sampai lautan pun diselimuti kabut yang cukup tebal. Sementara itu, seperti biasa, tentu saja sang kapten kapal melaksanakan tugasnya untuk mengawasi semua aktivitas pasukannya. Ia berada di ruang nahkoda.
Tiba – tiba, salah seorang kelasi yang ditugaskan di sisi kanan kapal berteriak “Ada cahaya lampu di depan!”.
Ketika itu, cuaca yang buruk dan kabut tebal, ditambah lagi hari yang memang sudah gelap, membuat siapa pun yang ada di dalam kapal tersebut kesulitan untuk melihat kondisi di sekitaran kapal.
“Diam atau bergerak menjauh?” tanya sang kapten menegaskan pada anak buahnya tadi.
“Diam kapten.” Jawab kelasinya.
Tentu saja sang kapten sudah harus waspada. Ia berfikir bahwa hal ini tentu berbahaya karena mereka akan bertabrakan kalau cahaya itu berada pada posisi yang tetap.
“Berikan tanda kepada mereka. Kita akan bertabrakan. Jadi, perintahkan mereka untuk mengganti arahnya 20 derajat.” Sang kapten berkata pada kelasinya.
“Kami sarankan Anda untuk mengganti arah 20 derajat.” Sebuah pesan lalu datang, tapi bukan dari kelasinya, melainkan dari cahaya lampu yang dia lihat itu.
Sang kapten pun segera menjawabnya “Kirimkan pesan lagi : saya kapten, segera ganti arah Anda 20 derajat.”.
Lalu, balasan muncul lagi dan berkata “Saya kelasi kelas dua. Sebaiknya, Anda segera mengganti arah Anda 20 derajat.”
Dengan balasan itu, sang kapten tentu saja tersulut emosinya. Ia merasa enggan diperintah oleh hanya seorang kelasi. Ia pun menjawab dengan garang “Katakan : Saya kapal perang. Ganti arah Anda 20 derajat.”
Lalu, apa kira – kira yang dijawab oleh si kelasi yang ada dari sumber cahaya di depan kapal perang gagah milik angkatan laut tersebut?
“Saya mercusuar.” Balas seorang dari sumber cahaya itu.
Hmm, jawaban yang cukup singkat bukan? Tapi, cukup mampu untuk menyadarkan pada kapten kapal perang, bahwa dirinya lah yang semestinya mengganti arah haluan. Ya, akhirnya, kapal perang lah yang mengganti haluan kapalnya, karena memang tak mungkin bagi mercusuar untuk berpindah, apalagi untuk mengganti arah.
Bukankah ini bisa jadi pelajaran berhaga untuk kita, bahwa memaksa orang lain atau lingkungan untuk berubah mengikuti keinginanmu, mungkin bisa saja sesulit menggeser mercusuar. Itu jelas bukan tindakan bijak.
Hal yang bisa kita lakukan adalah menyesuaikan arah kita untuk menghadapi lingkungan, yang tentu saja, hal ini akan jauh lebih mudah untuk dilakukan. Bukan begitu? Jadi, ubahlah dirimu sebelum kamu meminta orang lain berubah.
Sebuah kisah motivasi tentang perubahan yang begitu berharga, yang meninggalkan pesan bahwa ‘Kamu tak akan bisa mengubah orang lain, selain dirimu sendiri.”